30 Oktober 2011

Manfaat Mandi pagi

1. Membuat sirkulasi darah lebih baik

Jika air hangat membuat aliran darah bergerak menuju kulit, maka air dingin membuat aliran darah menuju organ-organ tubuh. Mandi air dingin lebih meningkatkan sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang baik dapat menghindari berbagai penyakit serius seperti hipertensi, pengerasan arteri dan munculnya varises. Hal ini bisa dipraktikkan dengan mandi didahului air hangat dan diakhiri dengan air dingin.

2. Kulit bercahaya dan membuat awet muda

Mengecilkan dan menutup pori-pori dengan air dingin dapat mencegah masuknya kotoran dan minyak yang dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan ketidaksempurnaan kulit seperti jerawat. Manfaat lain, mandi air dingin dapat mengurangi pembengkakan pembuluh darah yang menyebabkan munculnya lingkaran hitam di bawah mata. Dengan begitu, mandi air dingin bisa membuat kulit bercahaya, sehat dan awet muda.

3. Membuat rambut sehat

Air dingin dapat membuat rambut sehat dan bercahaya karena dapat menutup kutikula sehingga membuat rambut lebih kuat dan mencegah kotoran menumpuk di kulit kepala. Dengan menutup pori-pori akan membuat rambut lebih kuat ketika disisir, sehingga mencegah kerontokan dan juga memperlambat tumbuhnya uban.

4. Memberi semangat di pagi hari

Pada zaman samurai kuno, prajurit selalu menyiram air dingin ke kepala setiap pagi dengan mempraktikkan Misogi. Ini adalah ritual pemurnian pada tingkat spiritual. Menurut prajurit, mandi air dingin dapat memberi semangat, membantu memulai hari dan petualangan baru yang segar. Air dingin jelas membantu membangunkan orang yang masih merasa mengantuk di pagi hari.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini kita sebagai manusia saling membutuhkan satu sama lain dan juga saling melengkapi. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan, kedua jenis makhluk hidup ini dalam kehidupannya saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain dengan sesama jenisnya.Makhluk hidup tidak dapat ini tanpa saling melengkapi satu sama lain. Seperti hubungan antara produsen dan konsumen. Pada siklus karbon terdapat juga hubungan antara produsen dan konsumen, hal ini mutlak adanya dan hal ini berguna untuk menjaga kestabilannya tersebut. Pada siklus karbon ini baik produsen maupun konsumen memilki peran masing-masing yang tentu saja sangat penting dalam proses terjadinya hubungan antara produsen dan konsumen. Untuk dapat mengetahuinya kita dapat mempelajarinya.

1.2 Tujuan percobaan
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini kita sebagai manusia saling membutuhkan satu sama lain dan juga saling melengkapi. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan, kedua jenis makhluk hidup ini dalam kehidupannya saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain dengan sesama jenisnya.Makhluk hidup tidak dapat ini tanpa saling melengkapi satu sama lain. Seperti hubungan antara produsen dan konsumen. Pada siklus karbon terdapat juga hubungan antara produsen dan konsumen, hal ini mutlak adanya dan hal ini berguna untuk menjaga kestabilannya tersebut. Pada siklus karbon ini baik produsen maupun konsumen memilki peran masing-masing yang tentu saja sangat penting dalam proses terjadinya hubungan antara produsen dan konsumen. Untuk dapat mengetahuinya kita dapat mempelajarinya.

1.2 Tujuan percobaan
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang mempengaruinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energy foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk melangsungkan kehidupannya (Anshory, 1984).
Siklus karbon sendiri memiliki arti yang luas. Dalam siklus karbon cadangan di atmosfer adalah sangat kecil jumlahnya jika dobandingklan dengan jumlah karbon yang ada didalam laut, minyak bumi dan cadangan-cadangan lain di dalam kerak bumi. Kehilangan karbon dalam aktifitas pertanian (misalnya karena penambahan karbon ke atmosfer lebih banyak dari pada yang disebabkan karena yang diikat oleh tanaman-tanaman tidak dapat menggantikan karbon yang dilepaskan dari tanah, terutama yang diakibatkan karena seringnya pengolahan tanah. Penebangan hutan dapat melepaskan karbon yang tersimpan dalam kayu, terutama apabila kayu tersebut segera terbakar, dan kemudian diikuti oleh oksidasi humus jika lahan tersebut digunakan untuk pengembangan daerah p[ertanian dan perkotaan (Hadioetomo, 1993).
Agar dapat lebih memahami tentang siklus karbon di dalam ekosistem, akan dimulai dari karbon dioksida (CO2) yang ada di udara atau larut di dalam air. CO2 dibentuk menjadi senyawa tertentu melalui proses fotosintesis. Senyawa ini bergabung dengan berbagai cara membentuk materi organism. Selama proses fotosintesis berjalan, energi dijalinkan ke dalam senyawa organic. Senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen dapat diteruskan kepada konsumen. Waktu produsen atau konsumen menggunakan energi dari senyawa-senyawa organic, CO2 dapat dilepas kembali baik ke udara maupun ke dalam air, bergantung pada lingkungan hidup organism. Tetapi selama masih ada energi yang dapat dipergunakan, senyawa-senyawa organic akan tetap ada. Baik produsen maupun konsumen dapat membuang sisa materi yang mengandung karbon. Kalau organism mati tubuh mereka akan tinggal sebagai tumpukan suatu senyawa-senyawa karbon. Organisme saprovor (pembusuk) menyempurnakan proses pelepasan karbon (dalam bentuk CO2) dari sisa kotoran dan jasad-jasad yang mati. Sebagian besar dari saprovor yang menjadi konsumen terakhir, adalah mikroorganisme, kecuali jamur yang jelas dapat dilihat dengan mata bugil. Kadang-kadang proses pembusukkan yang dilakukan oleh sapravor berjalan sangat lambat, sehingga selama masa berjuta-juta tahun sejumlah besar senyawa karbon dapat menumpuk dalam bentuk gambut, batubara dan minyak bumi. Beberapa organism mengalihkan arus karbon melalui batu karang yang selanjutnya tertimbun sebagai batuan. Dengan demikian, lintasan arus utama siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer (Amir, 1981).
Ada beberapa persesuaian pendapat terhadap masalah CO2 dan kontribusi dari berbagai aktivitas manusia terhadap pengkayaan CO2 di atmosfer. Suatu pandangan yang ekstrim dari Woodwell dkk (1978), mengatakan bahwa pembinasaan atau pembakaran “pool biotik” (misalnya, pembakaran hutan) sama pentingnya dengan pembakaran minyak bumi. Broecke dkk (1977), menyimpulkan bahwa sumber CO2 terbesar berasal dari pembakaran minyak bumi, dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya. Bolin (1977) setuju terhadap semua pendapat diatas, bahkan hutan-hutan merupakan cadangan karbon dalam biomasa hutan sebanyak 1,5 kali lipat dan didalam humus tanah hutan sebanyak 4 kali lipat dari banyaknya karbon diatmosfer (Kamajaya.1996).
Oksidasi humas yang cepat dan pelepasan gas CO2 yang pada lazimnya ditahan dalam tanah yang mempunyai efek tajam dari pada apa yang baru diketahui sekarang termasuk pengaruhnya terhadap peredaran nutrient lainya. Sebagai contoh, Nelson (1967) menggunakan kerang untuk menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan aktivitas pertanian telah mengakibatkan penurunan jumlah “trace element” tertentu dalam aliran permukaan tanah. Dia menemukan bahwa kerang yang berumur 1000 tahun hingga 2000 tahun mengandung sekitar 50 – 100% lebih banyak mangan (mg) dan barium (Ba) dibandingkan dengan kerang sekarang. Dalam proses pembersihan (eliminasi) Nelson berkesimpulan bahwa pengurangan aliran air asam yang mengandung CO2 yang merembes ke dalam tanah dapat mengurangi kecepatan pelarutan unsure-unsur tersebut dari batuan yang dialirinya. Dengan kata lain, air sekarang cenderung lebih cepat mengalir di permukaan tanah dari pada merembes kebawah melalui lapisan humas dalam tanah (Sowasono, 1987).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
 3.1 waktu dan tempat

praktikum ekologi tumbuhan dilaksanakan di laboratorium ekologi tumbuhan jurusan biologi fakultas sains dan teknologi Univerrsitas islam negeri maulana malik ibrahim malang
3.2 alat dan bahan
alat yang digunakan adalah tabung biakan, plastik, dam karet.
bahan yang digunakan adalah siput air, brontimol blue, air, dan siput air
3.3 cara kerja
1. tabung-tabung biakan dibagi menjadi dua kelompok A dan B. masing-masing kelompok dibagi menjadi A1, A2, A3, A4 dan B1, B2, B3, B4.
2. Seluruh tabung diisi dengan menggunakan air kolam sampai mencapai ketinggian kira-kira 20 cm dari mulut tabung.
3. Bromtimol biru diteteskan sebanyak 3 tetes ke dalam masing-masing tabung.
4. Tabung dirangkai dan ditempatkan sesuai dengan rancangan percobaan

Rangkaian tabung A dipindahkan ke kamar gelap dan rangkaian tabung B di kamar terang.
5. Setelah 24 jam, perubahan yang meliputi perubahan warna indikator, siput dan hydrilla diamati dan dicatat pada tabel pengamatan selama 7 hari


4.2 Pembahasan

Pada percobaan yang telah dilakukan untuk dapat memahami peran produsen dan konsumen pada siklus karbon digunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, ada yang didalam ruangan, diluar ruangan, dan ada yang ditempat gelap. Masing-masing perlakuan tersebut menggunakan 4 tabung yang isinya berbeda-beda. Tabung pertama diisi dengan air kolam ditambah siput ditambah larutan bromtimol biru, pada tabung ketiga diisi dengan air kolam ditambah siput ditambah Hydrilla ditambah bromtimol biru, pada tabung keempat diisi dengan air kolam ditambah hydrilla ditambah dengan bromtimol biru, dan pada tabung ke empat diisi dengan air kolam ditambah dengan bromtimol biru.
Pada percobaan ini bromtimol biru berfungsi sebagai indikator untuk dapat mengetahui apakah terdapat CO2 didalam tabung reaksi karena larutan bromtimol biru sangat sensitif dengan CO2, kesensitifan ini dapat dilihat dengan adanya reaksi perubahan warna. Setelah menempatkan masing-masing golongan tabung ketempat yang telah dilakukan dengan perlakuan yang berbeda, tabung-tabung tersebut didiamkan selama 24 jam agar dapat melihat reaksi yang terjadi.
Setelah 24 jam diperoleh hasil pengamatan, pada saat didalam ruangan di peroleh hasil pada tabung pertama yang diisi dengan air kolam + siput + bromtimol biru warna indikator kuning sekali, siput hidup tetapi kurang aktif, terjadi perubahan warna yang kuat, hal ini membuktikan bahwa CO2 lebih banyak. Siput terlihat kurang aktif karena proses fotosintesis yang terjadi sangat minim, hal ini disebabkan karena tabung diletakkan didalam ruangan. Pada tabung kedua dengan isi air kolam + siput + hydrilla + bromtimol biru warna indikator kuning bening, siput hidup tetapi kurang aktif, hydrilla berwarna hijau segar, hal ini menunjukkan bahwa respirasi lebih kuat. Pada tabung ke tiga dengan isi air + hydrilla + bromtimol biru warna indikator biru bening hydrilla hijau segar, hal ini menunjukkan O2 berebut karena jumlah cahaya yang terbatas. Pada tabung keempat diisi dengan air kolam + bromtimol biru, tabung keempat ini hanya digunakan sebagai kontrol.
Perlakuan diluar ruangan, pada tabung pertama yang diisi dengan air kolam + siput + bromtimol biru warna indikator kuning, siput hidup aktif, hal ini menunjukkan terdapat CO2 dan fotosintesis berjalan lancar karena mendapat cahaya yang cukup. Pada tabung kedua dengan isi air kolam + siput + hydrilla + bromtimol biru warna indikator tetap biru, siput hidup aktif, hydrilla tetap hijau segar, hal ini menunjukkan keseimbangan antara CO2 dan O2. Pada tabung ke tiga dengan isi air + hydrilla + bromtimol biru warna indikator biru pekat, hydrilla tetap hijau segar, hal ini menunjukka tidak terjadi respirasi. Pada tabung keempat diisi dengan air kolam + bromtimol biru, tabung keempat ini hanya digunakan sebagai kontrol.
Pada perlakuan diruag gelap, pada tabung pertama yang diisi dengan air kolam + siput + bromtimol biru warna indikator kuning, siput mati, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi proses fotosintesis sehingga siput tidak dapat mengambil O2 yang terjadi hanya lah proses respirasi yang dihasilkan oleh siput tersebut, Pada tabung kedua dengan isi air kolam + siput + hydrilla + bromtimol biru warna indikator kuning sekali, siput mati, hydrilla layu, hal ini menunjukkan hydrilla berubut O2 dengan siput, hydrilla juga tidak dapat berfotosintesis dengan tidak adanya cahaya. Pada tabung ke tiga dengan isi air + hydrilla + bromtimol biru warna indikator bening, hydrilla layu, hal ini menunjukkan bahwa respirasi terjadi sedikit tetapi fotosintesis tidak terjadi. Pada tabung keempat diisi dengan air kolam + bromtimol biru, tabung keempat ini hanya digunakan sebagai kontrol.
Dari hasil yang telah kita peroleh dapat dilihat bahwa organisme-organisme yang mati terlebih dahulu terdapat pada tabung yang diberi perlakuan ditempat gelap, hal ini karena tidak terjadi fotosintesis ditempat gelap karena tidak tersedianya cahaya pada tempat gelap. Organisme-organisme tersebut membutuhkan zat O2, CO2, dan karbohidrat. Peristiwa yang ditunjukkan dengan perubahan warna pada bromtimol biru adalah peristiwa respirasi, karena peristiwa respirasi menghasilkan CO2 yang sangat sensitif terhadap bromtimol biru, kesensitifan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada bromtimol biru. Apabila terjadi respirasi yang cukup banyak, tabung tersebut tampak berembun. Pada tabung A4 dan B4 bromtimol biru tidak mengalami perubahan warna, karena tabung-tabung tersebut hanya berisi dengan air kolam dan bromtimol biru, tidak terdapat organism didalamnya, tabung-tabung ini hanya berfungsi sebagai kontrol. Dari rancangan paercobaan dapat dilihat bahwa fungsi tabung A4 dan tabung B4 hanya berfungsi sebagai control atau sebagai pembanding untuk dapat mengetahui apakah percobaan yang telah dilakuakan berhasil atau tidak. Hasil yang diperoleh adalah semua organisme yang ditempatkan ditempat gelap akan mati semua karena tidak tersedianya cahaya untuk produsen melakuakan proses fotosintesis, tanpa adanya O2 yang dihasilkan pada proses fotosintesis, konsumen tidakl dapat hidup dan melakuakn proses respirasi. Pada tabung A4 dan B4 bromtimol biru tidak mengalami perubahan warna, karena tabung-tabung tersebut hanya berisi dengan air kolam dan bromtimol biru, tidak terdapat organism didalamnya, tabung-tabung ini hanya berfungsi sebagai kontrol. Hasil yang diperoleh adalah semua organisme yang ditempatkan ditempat gelap akan mati semua karena tidak tersedianya cahaya untuk produsen melakuakan proses fotosintesis, tanpa adanya O2 yang dihasilkan pada proses fotosintesis, konsumen tidakl dapat hidup dan melakuakn proses respirasi. Disini siklus karbon berperan atau berjalan jika berubah menjadi kuning yang sebelumnya indikatornya berwarna biru.





BAB V
PENUTUP



5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah :
1. Produsen berperan sebagai penyedia oksigen dan karbohidrat bagi konsumen
2. Konsumen berperan sebagai penyedia CO2 untuk produsen untuk digunakan produsen dalam melakukan proses fotosintetis.
3. Hubungan produsen dan konsumen saling bergantung satu sama lain, jika salah satu tidak dapat melakukan proses dengan baik maka proses lainyya tidak akan bisa berjalan.
4. Dalam melakukan proses fotosintesis mutlak diperlukan bantuan cahaya matahari.
5. Sinar matahari, CO2, O2, dan karbohidrat sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan antara hubungan produsen dan konsumen.
6. Dalam percobaan ini dapat dilihat adanya siklus karbon, yang dapat dilihat pada tabung reaksi kedua. Karena pada tabung ini terjadi interaksi timbal balik antara Hydrilla dan siput.
7. Kondisi ruangan dapat mempengaruhi keasamaan suatu lingkungan, ini dapat dilihat pada perbedaan warna, dan bentuk produsen, pada kamar terang dan kamar gelap. Pada kamar gelap, kondisi asamnya lebih pekat, daripada di kamar terang.


5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum ini para praktikan dapat lebih memperhatikan dan memahami prosedur kerja yang ditunjukkan oleh para asisten.





DAFTAR PUSTAKA


Amir, A. 1981. Biologi umum. Gramedia. Jakarta.

Anshory, I. 1984. Biologi umum. Genesa Exact. Bandung

Hadioetomo, ratna Sari. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia: Jakarta.

Kamajaya.1996. Sains Biologi. Ganeca Exact. Bandung

Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta

Kloning manusia

Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve, bayi perempuan itu kini berusia 5 tahun. Sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama.
Era manusia super mungkin bakal segera terwujud. Dunia tidak akan kekurangan stok manusia-manusia super genius sekelas Albert Einsten atau atlet handal sekelas Carl Lewis atauaktris sensual Jennifer Lopez. Manusia-manusia super itu bakalan tetap lestari di muka bumi. 100% sama persis, yang beda hanya generasinya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran telah menghilangkan ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi kloning, siapapun bisa diduplikasi.
Klaim Clonaid, perusahaan Bioteknologi di Bahama, yang sukses menghasilkan manusia kloning pertama di dunia dengan lahirnya Eve, 26 Desember 2002 lalu makin mendekatkan pada impian tersebut. Walaupun ini masih sebuah awal.
Clonaid adalah sebuah perusahaan yang didirikan sekte keagamaan Raelians tahun 1997. Mereka mempercayai kehidupan di bumi diciptakan mahluk angkasa luar melalui rekayasa genetika.
Eve merupakan bayi pertama yang lahir dari 10 implantasi yang dilakukan Clonaid tahun 2002. Dari 10 implan, lima gagal. Empat bayi kloning lainnya akan dilahirkan tahun ini, bahkan bayi kloning kedua akan lahir minggu ini.
Clonaid berencana mengimplantasi 20 klon manusia Januari ini. Pada saat bersamaan, para ahli independen akan diundang untuk melihat prosesnya sehingga bisa menyaksikan bagaimana contoh kloning, pertumbuhan embryo dan implantansinya.
Soal kekhawatiran banyak pihak tentang ketidaksempurnaan hasil kloning pada binatang yang dijadikan model pada kloning manusia, Broisselier menandaskan, kedua prosedur itu tidak bisa dibandingkan. Masalah yang timbul pada kloning binatang merupakan hasil dari prosedur khusus yang digunakan ilmuwan untuk mereproduksi binatang. Jadi bukan pada proses kloningnya.
“Kami orang-orang serius dan bertanggungjawab karena ini berhubungan dengan masalah kemanusiaan. Kami memberikan hak dan pilihan pada orang tua untuk memilih anak-anak sesuai gen mereka. Jika dalam proses kloning, peneliti Clonaid mendeteksi adanya abnormalitas, janin akan digugurkan,” katanya.
Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan. Sebelumnya para ilmuwan bersiap menerima kelahiran bayi kloning pertama ‘karya’ dokter ahli kesuburan Italia, Dr. Severino Antinori, awal Januari 2003.
Dua Lagi Wanita Hamil
Menurut Antinori saat ini ada dua wanita lain yang juga sedang mengandung bayi hasil kloning, dengan usia kandungan 27 dan 28 minggu. Namun ia menolak bertanggungjawab atas proses pengklonan terhadap kedua wanita tersebut, walaupun ia bertindak sebagai penasehat.
Antinori adalah ahli kesuburan yang piawai. Ia telah mendeklarasikan keberhasilannya mengklon babi dan primata dan berhasil menerobos prosedur fertilitas konvensional dengan membuat seorang wanita hamil pada usia 62 tahun pada 1994.
Kebanyakan ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara kloning memang memungkinkan. Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tingginya resiko kematian dan gangguan pasca kelahiran.
“Upaya mengkloning manusia adalah tindakan tidak bertanggungjawab dan menjijikkan serta mengabaikan banyaknya bukti ilmiah dari 7 spesies mamalia yang sejauh ini sudah dikloning,” kata Rudolf Jaenisch, ahli kloning dari Massachusetts Institute of Technology.
Ilmuwan Roslin’s Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly menegaskan, kloning pada manusia amat mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi dan kematian pada bayi yang baru lahir.
Kloning pada binatang menunjukkan adanya kelemahan. Dolly, mamalia pertama yang berhasil dikloning terbukti menderita arthritis pada usianya yang masih muda.
Domba betina ini dikloning dengan teknik kloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan dengan sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi embryo yang kemudian ditanamkan pada biri-biri pengganti.
Perlu 227 Percobaan
Walau dikatakan berhasil, prosedur kloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227 percobaan sebelum akhirnya tercipta Dolly. Kloning pada manusia lebih rumit dengan resiko yang besar dan sangat potensial terjadi kesalahan. Para ilmuwan khawatir, penggunaan teknik ini pada manusia akan ‘memunculkan’ malformasi.
National Bioethics Advisory Commission mengemukakan, penggunaan binatang guna memahami proses-proses biologi seperti dalam kasus Dolly, memberikan harapan besar bagi kemajuan dunia medis di masa depan. Namun tidak ada pembenaran untuk riset dengan tujuan menghasilkan anak manusia melalui teknik ini.
Para ilmuwan juga amat risau dengan risiko medik dan ketidakpastian yang berhubungan dengan kloning manusia. Salah satu kekhawatirannya adalah jika seorang bayi di klon, maka kromosomnya akan cocok dengan usia donor. Misalnya seorang anak hasil kloning yang berusia 5 tahun akan tampak seperti berumur 10 karena mendapat kromosom dari donor berusia 5 tahun , dengan disertai risiko penyakit jantung dan kanker.
Risiko buruk juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi kloning. Menurut ahli perkembangan embryo pada mamalia, Prof Richard Gardner, para wanita tersebut beresiko terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik pada manusia, yang menyerang rahim, yaitu choriocarcinoma.
Mengacu pada berbagai risiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset kloning pada manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi moratorium atau penghentian riset kloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua agama juga melarang teknologi kloning pada manusia.
Namun selain memiliki sisi gelap, penelitian kloning pada manusia sebenarnya memberikan harapan bagi masa depan dunia kedokteran. Teknik kloning memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran spontan, memberikan pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan pengobatan.
Pro dan Kontra
Bertolak dari manfaat dan mudlaratnya teknologi kloning ini, agamawan, ahli politik, ahli hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan mengenai aturan pemakaian teknologi kloning. Sebab ditangan ilmuwan ‘hitam’, kloning bisa menjadi malapetaka.
Seorang anggota kelompok Raelian, Brigitte Boisselier mengatakan, bukti ilmiah akan diajukan segera, jika saya tidak mengajukan bukti ilmiah, pasti Anda mengatakan saya telah mengarang cerita. Jadi satu-satunya cara adalah kami akang mengundang seorang pakar independen ke tempat orang tua bayi itu. Di sana ia bisa mengambil contoh sel dari bayi dan ibunya, untuk kemudian membandingkannya. Jadi, Anda akan mendapatkan bukti.
Raelian sejauh ini dikenal sebagai sekte agama yang percaya bahwa kehidupan di luar angkasa telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat pengakuan resmi pemerintah negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan agama di tahun 1990-an ini mengklaim memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru dunia, termsuk Amerika. Kelompok ini memilki sebuah taman yang terbuka untuk umum bernama UFOland, dekat Montreal.

Memperbaiki Keturunan

Kloning terhadap manusia (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan Barat dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat – yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan, ataupun untuk memperbanyak keturunan tanpa membutuhkan proses perkembangbiakan konvensional.
Revolusi kloning manusia ini semakin memantapkan dominasi sains Barat terhadap kehidupan manusia, termasuk kaum Muslim.
Apalagi, efek berikutnya dari perkembangan revolusi ini yaitu penggunaan dan pemanfaatannya akan selalu didasarkan pada ideologi tertentu. Bagi kaum Muslim sendiri, meskipun eksperimen ilmiah dan sains itu bersifat universal, dalam aspek penggunaannya harus terlebih dulu disesuaikan dengan pandangan hidup kaum Muslim.
Persoalan yang pertama adalah terkait dengan kontroversi adanya “intervensi penciptaan” yang dilakukan manusia terhadap “tugas penciptaan” yang semestinya dilakukan oleh Allah SWT. Dan persoalan yang kedua adalah bagaimana posisi syariat menghadapi kontroversi pengkloningan ini. Apakah syariat mengharamkan atau justru sebaliknya menghalalkan?