3 Mei 2011

Banjir dan Negara Industri



Rekor bencana ekologis yang seolah menjadi agenda tetap dari tahun ke tahun menjadi catatan penting: bahwa lingkungan kita memang tengah berubah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi, wilayah Jawa Timur akan terus hujan. Hujan terjadi hampir di semua kota seperti di Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Pacitan, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo, Pasuruan, dan Situbondo.
Seperti pada daerah gresik saat ini, banjir terjadi karena turunya hujan yang sangat lebat, Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya membuang sampah. Dan terus meluasnya lahan kritis di daerah hulu Bengawan Solo yang mengakibatkan tidak berfungsinya sumur resapan. Serta tidak adanya tanggul di sepanjang DAS menjadi penyebab utama banjir yang rutin terjadi tiap tahun. “Ketika ada kiriman air dari hulu, Mojokerto dan Jombang, sungai tidak mampu menampung, akhirnya meluber ke permukiman dan lahan pertanian.
Dapat dilihat bahwa dampak adanya banjir tersebut mengakibatkan tenggelamnya rumah-rumah di daerah pemukiman, serta 400 hektare lahan pertanian dan lahan tambak yang terenang air. Selain itu, pengalihan jalan sejauh 15 km harus di alihkan karena jalur penghubung gresik dan kota lainya harus tertutup untuk menghindari adanya korban di daerah tersebut.
Fenomena yang sudah  terjadi dalam 5 periode tersebut merupakan siklus 20 tahunan yang terjadi di daerah ini, namun upaya pemerintah dan masyarakat sudah mengusahakan berbagai cara untuk dapat menanggulanginya. Salah satu penanganan banjir di kawasan perbatasan ini adalah penangan sampah yang ada di sekitar lingkungan baik sampah rumah tangga maupun sampah industri yang ada, kesadaran diri terhadap lingkungan harus menjadi perhatian khusus bagi para harus ada kerjasama antara Pemkab Gresik dan Kota Surabaya. Kerjasama yang mungkin diusung adalah pembuatan waduk di sekitar Kali Lamong
Luapan Kali Lamong akibat hujan deras dan air kiriman dari daerah hulu, seperti Mojokerto, Jombang, dan Lamongan, sejak Sabtu (31/1) menyebabkan wilayah 20 desa di Kecamatan Driyorejo, Balongpanggang, Benjeng hingga Cerme digenangi banjir.
Ini merupakan siklus 20 tahunan. Selain curah hujan yang tinggi sejak Jumat lalu, kondisi ini diperparah karena Bendungan Nglirip dibuka. Kalau tidak dibuka, dikhawatirkan bila jebol dampaknya malah lebih besar dan berbahaya