22 November 2010

Ku jejer lilin malam ini



Sepi jua malam ini ibu.........
Di ujung berkurangnya 1 lilin dari-Nya
Ku ucap segala kegundahana yang ada
Aku resah ibu..
Sisa lilin ini semakin berkurang
Serasa cahaya mulai redup tak menyapa
Diwaktu yang sama aku tetap merenung ibu
Ku lihat tak seorangpun menyapa
Lupa atau sekedar tak ingin tau
Rasanya ingin menangis ibu
Aku tak tahu bagaimana menghdupkan cahaya ini
Aku tak sanggup menjaga kerlipan lilin ini
Tapi, aku menangispun tak bisa ibu
Ku harus merenungi berkurangya lilinku malam ini
Bisakah aku menjaga api kecil ini
            Entahlah....
Jemariku kaku tak bertulang lagi rasanya
Tubhku goyah dan bibirku terbungkam
Ku pilih terus berjalan atau berpaling
Sedang aku takut jurang di belakangku
Dan jembatan api di depanku
Lantas siapa yang aku tunggu untuk menjemputku?
Ah..... gila rasanya jika harus berdiri saja
Ku tau jurang yang lalu begitu dalam
Dan ku tau api itu begitu panas
Sedang ku harus melangkah kemana
Ku tutup saja mata ini
Kaca di depan sebagai cermin masa laluku yang menuntunku
air keberanian yang memadamkan api itu
dan aku melangkah dengan tongkat ad-din dari_mu
            ya. Sejenak hampir lupa
ya Allah...... ampuni aku yang lalai dari-Mu
pantas saja kekosongan ini begitu hampa, kering nan tandus
ya Rahman........
aku mencinta-Mu sebagaimana rahman dan kasih sayang-Mu
ya aziz...
aku menang dengan Kemenangan_mu
ya ghafar.......
aku khilaf, Wahai Allah sungguh aku minta kepadaMU kejutan kebaikan
dan aku berlindung kepada-Mu dari kejutan- kejutan yang buruk
akhirnya ibu.........
air mata ini usai membasahi pipiku
tepat pukul 0:39 ibu........
aku bahagia ibu
aku kini bahagia.....
ku inging mengubur masa laluku
tuntun aku ibu,,,... tuntun dan ajari aku seperti saat kau masih disampingku
aku merindukan pelukan kasih sayangmu
tapi..... kau berada jauh tak terjangkau olehku
ibu.......... kini anakmu tambah usia, berkurang pula sisa umur yang ada
tapi aku bahagia... kau ada disaat suka maupun duka
doakan anakmu ibu
mengukir cita lillahi Rabby