Selasa 22 Maret 2011
Wahai Hujan, kau naungi langkahku menuju tempat persinggahan
Ku lalui setapak demi tapak jalan pendakian yang amat melelahkan
Basah kuyup tubuh ini masih belum aku rasakan di perjalanan panjang
Angin yang menyapa seakan mendorong langkah sang pejalan kaki
Ku gendong tas yang berat di depan bahu
Ku lindungi seakan tas itu barang yang sangat berharga
Ku terpa hujan sore ini bagaikan petirdan kilat menyambar bersautan
Tak peduli hujan maupun angin topan
Berat, dingin, capek...
Tapi kaki ini harus tetap melangkah
Jalan yang sudah terlalui mengucapkana selamat tinggal dengan senyuman riang
Sang pejalan kaki yang tetap menapakkan langkah menuju persinggahan
Meski melewati pendakian yang melelahkan
Sang pejalan kaki yang melangkah dengan nafas yang terengah
Mengucap kata semangat di balik senyum keterpaksaan
Inilah pilhan hidup yang harus di tempuh...
Sang hujan masih tetap mengiringi jalan sang pejalan kaki
Rintihan hujan kini semakin membasahi tubuh sang pejalan kaki
Dinginya semakin menvekam membuat tubuh menggigil tak karuan
Sungguh dingin, merasuk hingga ke ujung lapis jaringan kulit
Ayo cepat, semangat, kita semakin dekat..
Ucapan yang ku lanturkan agar aku tak pernah putus asa
Kami pejalan kaki yang hebat menerpa derasnya hujan.
Kami pejalan kaki yang hebat, menebar senyum pada setiap Makhluk Tuhan
Sampai di prsinggahan,...
Segera kulucuti baju yang basah diterpa hujan panjang
Menuju ruangan dan menggantinya dengan pakaian yang menghangatkan
Serambi terdengan adzan magrib.... ku ambil air wudhu
Tapi tubuh sang pejalan kaki protes,.. katanya aku butuh istirahat.
Akhirnya kulangkahkan kaki menuju tempat perizinan
Dengan suara yang serak,.... ku bilang
Mbak... aku izin..
ku izin hari ini karena tubuh sang pejalan kaki letih
tapi apa jawabnya,
kenapa mendadak, sakit apakah sang pejalan kaki, dan apalah.. apalah..
kini tubu itu marah, bukan hanya pada pejalan kaki
tapi, marah pada sang raja peraturan
dan mengundang sang raja setan bersemayam
mmenghempas senyum, menuai amarah berkawan gundah
ku tapaki tanggah menuju tempat persembayangan
ku ganti pakaina sholat, dengan mentapa kaca
ku merasa darah ini tesumbat jalanya
tubuh sang pejalan kaki benar-benar marah di cengkraman iblis
menjerit, menangis, menggigil, meraung, marah...
kini pejalan kaki tak kuasa menahan amarah
ku hempaskan tubuh membentur tembok persinggahan
aku hanya ingin katakan,
aku lelah, ku hanya ingin rebahkan tubuh menghadapi hari esok
rupanya sang hujan terlalu lama bermain dalam tubuh ini
dan sang alam semakin marah....
akhirnya sang pejalan kaki tak sadarkan diri
hilang dalam kesadaran....
tubuh menggigil, menginggalkan aktifitas yang rutin dijalani
memasrahkan diri, menutup mata
mulai sang matahari tiba hingga kembali bersembunyi
kini hanya bisa menutup mata seraya berdoa
semoga yang terbaik adalah jalan yang di tulis di Mahsyar-Nya.